Filsafat itu bersifat
intensif dan ekstensif, seringkali susah untuk memahami, mengerti maupun
mengimplementasikannya. Bagaimana cara mempelajari filsafat ilmu yang benar?
Dengan membaca…membaca dan membaca…setelah membaca membuat kita berfikir dan
mengetahui. Setelah mengetahui yang ada dan yang mungkin ada kemudian bisa
mengada dan sebagai pengada. Tujuan berfilsafat adalah agar dapat sopan,
santun, beretika baik dalam bersikap,
tingkah laku maupun bertutur kata. Dengan berfilsafat berarti kita dapat
mengatur keseimbangan dalam diri pribadi. dalam kehidupan, dapat mencerdaskan serta dapat berolah pikir lebih
tertata, bermakna. Metode filsafat ilmu
adalah Hermeneutika yaitu
menterjemahkan dan diterjemahkan, mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih
dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium penyampaian, menjelaskan secara
rasional sesuatu yag masih samar-samar sehingga maknanya dapat dimengerti dan
menerjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa lainnya. Kesemuanya terangkum dalam
pengertian menafsirkan, interpreting dan understanding. Mempelajari filsafat
ilmu sangat berkaitan erat dengan tiga pilar dalam filsafat yaitu Hakekat,
Metode dan Nilai (value) yang dapat kita uraikan sebagai berikut :
1. Ontologi,
yang berarti belajar tentang hakekat ilmu
yang ada, baik secara jasmani
maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari
sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah
ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.
2. Epistemologi,
yang berarti belajar tentang metode , tata cara, sumber dan pembenarannya.
Epistemologi
membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan
tersebut. Beberapa logika dalam epistemologi: analogi, silogisme,
premis mayor, dan premis minor.
3. Aksiologi,
yang berarti belajar tentang manfaat atau kegunaan dari ilmu yang diperoleh,
nilai-nilai kebaikan yang sangat berharga dan didambakan setiap insan.
Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah dalam kehidupan, diantaranya: apa itu
hidup dan kematian; bagaiman manusia
dapat memanfaatkan alam semesta dengan baik, bagaimana perkembangan ilmu dan
teknologi di Indonesia; apakah informasi yang diterima itu valid; bagaimana suatu konsep maupun pernyataan
dapat dikatakan ilmiah; serta bagaimana
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat juga terhadap ilmu
pengetahuan itu sendiri. Apabila tidak dapat menjelaskan, terhenti dan diam akan termakan oleh mitos jadi harus
dijelaskan agar menjadi pengetahuan dan berguna bagi banyak orang. Manfaat filsafat
dalam kehidupan diantaranya sebagai
dasar dalam bertindak, mengambil keputusan agar tidak terjadi salah paham dan
konflik. Selain itu juga untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang
selalu berubah sesuai perkembangannya.
Memikirkan bagaimana
filsafat terkait dengan spiritualitas, dapat dihubungkan dengan kehidupan pada
masa sekarang ini yaitu kehidupan kontemporer atau postmodern. Yang dimaksud
spiritualitas adalah jika kita keluar dari institusi tertentu, maka spiritual itu
akan berfisat umum. Kadang-kadang kita meletakkan spiritualitas sejalan dengan
dunia timur, karena dalam penerapan sehari-hari dunia timur masih kuat
penerapannya. Pengalaman Prof. Marsigit di Medan tentang satu konsep Bufer
untuk menyembadani pergaulan antara dunia Islam dengan dunia timur. Misalnya
apabila mau mengirim email di attachment, nah proses mengumpulkan informasi,
proses kemudian di kirim data yang akan dikirim itu merupakan proses buffer.
Pergaulan dunia barat dan dunia timur tidak imbang. Dunia selatan mengalami
dikotomi penelitian juga kehidupan seluas-luasnya. Dikotomi dalam berfilsafat
sangat mudah diterangkan, misalnya antara logos dan mitos. Yang dianggap banyak
mitosnya adalah spiritual, maka kalau dibandingkan antara spiritual sebagai
thesis maka anti thesisnya bisa material, bisa humanism artinya yang mempunyai
pusat-pusat selain Tuhan. Dalam Wikipedia dijabarkan humanisme adalah istilah
umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke
jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan
manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya
diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan
sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok
etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme
keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak
seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas.
Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari
keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia. Humanisme sekular
mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.
Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan
untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam
kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah
filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan
adat-istiadat dan agama setempat.
Dikotomi dalam
berfilsafat lainnya yaitu dunia fatalism melawan dunia Vitalism, jangan diambil
sesederhana hanya karena memudahkan komunikasi. Melainkan fatalism disini berarti
cara pandang atau paham tentang keyakinan
bahwa segala sesuatu pasti terjadi menurut caranya sendiri tanpa memperdulikan
usaha kita untuk menghindari atau mencegahnya. Fatalisme berasal dari kata
dasar fatal berarti sebuah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau
hidup yang dikuasai oleh nasib dan tidak bisa merubahnya. Secara etimologi, berasal dari Bahasa
Latin yaitu “fatum” yang berarti takdir.
Pemahamannya bahwa hidup manusia sudah
ditentukan oleh kekuasaan supranatural, kekuasaan metafisika. Sedangkan Vitalisme
sendiri merupakan pandangan bahwa makhluk hidup berbeda dengan benda material
mati yang lain karena memiliki suatu zat yang membuat makhluk itu hidup. Suatu
kehidupan terletak di luar dunia materi, kehidupan dan materi, tidak bisa
saling mengintervensi. Menurut kaum
Vitalis hanya dari sudut fisik dan kimia tidak bisa menjelaskan fungsi hidup,
tetapi menghadirkan suatu konsep energi yang menyokong suatu kehidupan dan energi ini
bisa disamakan dengan keberadaan suatu jiwa.
Dalam spiritualitas dapat
juga diwakili antara bumi dan langit, antara kiri dan kanan, antara otak kiri
dan otak kanan, antara keburukan dan kebaikan, antara neraka dan surga. Dalam
setiap hal kita mengalami dikotomi, antara wadah dan isi, antara formal dengan
normative. Banyak sekali pemikiran-pemikiran yang mengalami dilematis. Antara
ujian nasional dan ujian sekolah, kalau kita lihat dari sisi pemikiran-pemikiran
spiritualitas, maka sumber-sumber dari pemikiran spiritualitas adalah
ketauhidan. Berbasis kepada kitab-kitab suci. Jika kita bergeser dari kaca mata
filsafatnya, maka pemikiran-pemikiran teologi spiritual itu dianggap sebagai final kebenarannya. Sedangkan
pemikiran-pemikiran filsafat sebagai kebenaran terbuka. Maka kita menemukan
dikotomi baru yang terbuka dan final, antara relative dan absolut, antara
plural dan tunggal, antara korupsi dan do’a. Fenomena tersebut merambah di
daerah-daerah, kampung-kampung bahkan di pelosok tanah air. Contohnya dapat
dilihat di televisi bahwa maraknya money politik dalam pemilihan lurah,
pemilihan bupati, pemilihan walikota bahkan dalam pemilihan wakil rakyat di
pusat. Disisi lain ada yang memilih juga di dunia form, yaitu dunia yang kokoh
tidak termakan oleh pemikiran-pemikiran yang kurang baik. Biasanya yang
termasuk faham dunia form dijauhi sekelilingnya atau di kucilkan, karena
termasuk golongan yang minoritas. Padahal yang minoritas disini yang benar,
punya pendirian tidak ikut-ikutan mencari aman seperti yang lainnya. Nah kita
dapat berfikir tentang suatu kebenaran yang sebenarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dikelilingi banyak
malaikat dan syetan-syetan yang selalu menggoda manusia. Secara filsafat ada
yang disebut dengan dajjal, yaitu system yang tidak dikehendaki. Para
spiritualpun sudah mulai tergoda godaan duniawiyah, bergelut dengan situasi dan
kondisi yang ada. Sebenarnya koruptor itu produk pergaulan yang mewabah di
masyarakat. Segala sesuatu yang mengajak kejahatan tanpa disadari manusia
banyak yang mengikuti berarti itulah bisikan syetan yag selalu merayu manusia,
sedangkan kalau diajak ke jalan kebaikan banyak sangat susah, karena bekal
spiritualnya masuia sangat kurang. Kadang manusia dalam melakukan sesuatu
dihinggapi rasa keragu-raguan (Scepticism), dimana pikiran kita tidak dapat
menentukan dengan suatu kepastian tentang suatu kebenaran. Jika kita menemukan
suatu kepastian, akan tenang dan terbebas dari rasa sakit yang dirasakan yang
disebabkan oleh belum adanya kepastian. Menjadi pribadi yang kuat dan tegar
merupakan salah satu ciri manusia yang hebat. Dinamika kehidupan yang kadang
diatas, kadang dibawah membuat manusia selalu dapat instropeksi diri. Tidak ada
manusia di dunia ini yang tidak mempunyai masalah. Mulai yang terkecil, biasa
sampai masalah yang mungkin sangat berat. Allah memberikan masalah antara
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat
kemampuan masing-masing. Dan jangan khawatir karena Allah juga memberikan
solusi dari permasalahan yang dihadapi manusia tersebut. Semoga Allah selalu
melindungi kita dari penyakit hati, menjauhkan kita dari semua apa yang
dilarangNYA, selalu memberi kemudahan
dalam setiap langkah kita, kesuksesan dalam mendidik generasi penerus bangsa,
kebahagiaan dunia akherat dan selalu dijalanNYA. Amin 99x.
No comments:
Post a Comment